Senin, 01 Agustus 2011

SEMU

Salah seorang pegawai baru di tempat kerjaku, Fina, merasa senang saat mengetahui ada yang gemar dengan drama Korea seperti dirinya, yaitu aku.

“Wah, ternyata Mbak suka juga drama Korea ya… Kalo saya suka banget, Mbak… habisnya yang main ganteng banget sih… “ kata Fina dengan mata berbinar.


Aku sih tersenyum aja mendengar ucapan Fina. Kemudian kuambil sekeping DVD drama Korea dari koleksiku, lalu kusetel di kompi.

“Lihat deh, Fin.” Kutunjukkan pada Fina layar kompi yang sedang memperlihatkan aktor dan aktris Korea yang  berwajah cantik dan tampan, mata besar dan hidung mancung.

“Ada apa, Mbak?” Tanya Fina tak mengerti.

“Lihat bener-bener. Tampang mereka udah nggak original lagi. Misalnya yang ini…”Kataku sambil menunjuk tampang si aktor, “Matanya udah dilebarin, hidungnya dimancungin, dan bibirnya nih dibuat supaya tampak penuh dan seksi…”

“Hah??!! Yang bener, Mbak?”

“Iya, Fin. Udah jadi rahasia umum bahwa seleb Korea cenderung dipermak dulu sebelum debut. Atau kalau dirasa wajahnya masih kurang menjual, yah… dioperasi dulu sana-sini. Kalo muncul kerutan, di-botox dulu…Bahkan aktor yang ini nih ada ‘before and after’-nya di internet” kataku panjang lebar.

“Beneran, Mbak?? Jadi mereka ini pada operasi plastik?” suara Fina melemah. Dia tampak syok mendengar ucapanku.

Aku yakin ada rasa kecewa di hati Fina. Mungkin saja dia menganggap para actor yang menurutnya ganteng itu sangat sempurna. Apalagi bila drama yang dimainkan sangat seru, bertambahlah kegandrungannya. Namun kini ia merasa seperti didustai dengan kepalsuan idolanya.

Gini deh jadinya kalau meletakkan asa dan hati pada sesuatu yang bersifat semu. Mengeluk-elukkan seorang idola karena tampilannya yang sempurna, kemudian membuat kita luluh lantak saat mengetahui ternyata kesempurnaannya palsu belaka, hehe…

Contoh lain adalah misalnya saat kita begitu mengagumi karya seorang penulis, kemudian kita membangun sebuah gambaran positif dalam benak kita tentang penulis tersebut secara pribadi. Saat terungkap kenyataan bahwa ternyata ia menyontek karya orang lain, atau mungkin sesuatu yang buruk tentang kehidupan pribadinya, membuat gambaran positif kita tentang penulis tersebut buyar.  Jadi illfil kan… J

Nah, dari pada kita kecewa, mendingan kita mengambil sesuatu yang tidak semu, yaitu pelajaran berharga yang bisa dipetik dari karya-karya mereka. 

5 komentar: